JAKARTA – Pada hari Rabu, 24 Juli 2024, diadakan acara Launching CSIRT (Computer Security Incident Response Team) Bersama Tahun 2024 di Auditorium dr. Roebiono Kertopati, Kantor BSSN, Sawangan, Depok.
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kapabilitas penanggulangan insiden siber di berbagai sektor secara terstruktur dan komprehensif.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama BNPP, Farida Kurnianingrum, menjelaskan bahwa tujuan utama dari peluncuran ini adalah untuk memperkuat kolaborasi dan sinergi antar Tim Tanggapan Insiden Siber (TTIS) di berbagai sektor.
“CSIRT juga bertujuan agar kita paham akan pentingnya kolaborasi dan sinergitas setiap TTIS antar sektor guna memperluas wawasan penanggulangan insiden dan peluang kerjasama dalam keamanan informasi,” ujarnya.
Peluncuran CSIRT Bersama ini melibatkan berbagai sektor, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor pembangunan manusia. Farida menekankan bahwa peluncuran ini diharapkan dapat memberikan persepsi yang sama dalam penanganan insiden siber serta meningkatkan kesadaran keamanan informasi.
Peserta yang mengikuti Launching CSIRT Tahun 2024 diberikan Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai bukti bahwa mereka telah menyelesaikan proses pembentukan Tim CSIRT dan terdaftar di BSSN. Nama Tim CSIRT BNPP yang terdaftar sesuai STR adalah BNPP-CSIRT, dengan masa berlaku selama 3 tahun. Saat ini, terdapat 260 Organisasi CSIRT Pemerintah yang telah terdaftar, termasuk 18 Organisasi CSIRT Instansi Pemerintah dan Pembangunan Manusia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Budi Arie Setiadi, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai tingginya jumlah serangan siber. Berdasarkan data dari Astra Security, terdapat sekitar 2.600 serangan siber per hari pada tahun 2024, yang menyebabkan kerugian global mencapai 9,5 triliun USD. Diperkirakan, kerugian ini akan meningkat menjadi 10,5 triliun USD pada tahun 2025 menurut Siber Security Francers.
Budi Arie Setiadi juga mengungkapkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-10 secara global sebagai target serangan siber, menurut perhitungan realtime dari Kaspersky. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya implementasi langkah-langkah keamanan siber yang antisipatif, termasuk perlindungan terhadap pencurian dan kebocoran data serta peningkatan kepercayaan publik dan investor.
Namun, tantangan utama dalam implementasi keamanan siber adalah rendahnya pemahaman pengguna mengenai urgensi keamanan siber dan terbatasnya talenta keamanan siber di Indonesia. Negara ini masih menghadapi kekurangan dalam jumlah profesional keamanan siber yang handal.
Sebagai bagian dari Program CSIRT/TTIS, instansi pemerintah yang tergabung akan mendapatkan peningkatan kapasitas melalui pelatihan teknis, sertifikasi, workshop pengelolaan TTIS, dan latihan keamanan siber (cyber security drill). Selain itu, ada juga rencana untuk meningkatkan kematangan TTIS melalui pembinaan dan penilaian tingkat kematangan sistem manajemen keamanan informasi (TMPI) ke level 5.
Peluncuran CSIRT Bersama 2024 ini merupakan langkah strategis untuk menghadapi ancaman siber yang terus berkembang dan memastikan bahwa Indonesia dapat meningkatkan ketahanan sibernya dalam menghadapi tantangan global di era digital ini.
(Humas BNPP)
Penulis: Muslikhin