[Reading Time Estimation: 4 minutes]
Pencurian identitas di dunia nyata saat berada di luar negeri yang terjadi pada pasangan asal Singapura di Jepang menjadi pelajaran penting bagi perbankan untuk memperkuat keamanan sibernya.
Marketing.co.id – Berita Financial Technology | Meningkatnya insiden pencurian identitas dan penipuan dunia maya telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan siber perbankan. Menurut laporan intelijen Check Point, industri keuangan/perbankan merupakan sektor ketiga yang paling banyak diserang di Singapura dengan rata-rata 1.790 serangan mingguan per organisasi.
Industri ini kembali menjadi sorotan dengan insiden terkini yang melibatkan pasangan suami istri asal Singapura di Jepang yang rekening banknya diblokir dan kartu kreditnya dibatalkan oleh pencurian identitas. Insiden ini menjadi pengingat nyata akan potensi kerentanan dalam sistem perbankan saat ini dan ancaman yang dihadapi nasabah.
Head of Security Engineering, Singapore, Check Point Software Technology Abhishek Kumar Singh dalam tulisannya menjelaskan bagaimana nasabah dapat tetap aman, dan bagaimana bank dapat tetap aman di masa mendatang.
Abhishek Kumar Singh mengatakan bahwa meningkatnya insiden pencurian identitas dan penipuan dunia maya dalam beberapa tahun terakhir telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan perbankan di Singapura. Meningkatnya teknologi tidak hanya memfasilitasi kemudahan dalam transaksi keuangan, tapi juga membuka pintu bagi pelaku kejahatan untuk mengeksploitasi kerentanan dalam sistem perbankan.
“Insiden yang baru-baru ini melibatkan pasangan asal Singapura di Jepang, yang rekening banknya di blokir dan kartu kreditnya dibatalkan oleh pencuri identitas menjadi pengingat tentang potensi kerentanan dalam sistem perbankan saat ini,” katanya.
Dengan semakin canggihnya penjahat dunia maya, kebutuhan akan mekanisme autentikasi yang kuat menjadi semakin mendesak. Lembaga keuangan dapat mempertimbangkan kembali ketergantungannya pada informasi pribadi statis seperti nomor identifikasi dan detail kartu yang mudah dieksploitasi melalui pelanggaran informasi atau teknik rekayasa sosial.
Peran Autentikasi Multi-Faktor (MFA)
Abhishek Kumar Singh mengatakan bahwa penerapan autentikasi multi-faktor (MFA) merupakan langkah penting menuju peningkatan keamanan perbankan. MFA menggabungkan tiga elemen utama, yaitu sesuatu yang diketahui pengguna: Kata sandi atau PIN, sesuatu yang dimiliki pengguna: Perangkat seluler atau token, dan sesuatu yang menjadi pengguna seperti biometrik: sidik jari atau pengenalan wajah. Dengan mengintegrasikan lapisan-lapisan ini, bank dapat mengurangi risiko akses tidak sah secara signifikan. Pendekatan berlapis ini menciptakan jaring pengaman tambahan terhadap pencurian identitas.
Teknologi canggih dapat lebih memperkuat langkah-langkah ini. Sistem pengenalan suara bertenaga AI, misalnya, dapat digunakan selama verifikasi panggilan untuk membedakan SiberNusa pelanggan asli dan penipu yang mencoba taktik rekayasa sosial. Inovasi semacam itu tidak hanya meningkatkan keamanan tetapi juga meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyederhanakan proses autentikasi.
Selain MFA, bank juga dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi strategi proaktif guna mendeteksi dan mengurangi ancaman secara real time. Model deteksi anomali yang didukung kecerdasan buatan dapat memainkan peran penting dalam mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan. Misalnya, upaya panggilan berulang dengan verifikasi yang gagal dapat mengindikasikan potensi penipuan. Demikian pula, permintaan berisiko tinggi yang tiba-tiba seperti upaya pemblokiran akun dapat ditandai untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Selain itu, secure API yang memfasilitasi pertukaran data token dapat melindungi informasi sensitif selama proses verifikasi. Hal ini memastikan bahwa data nasabah tetap aman sekaligus mempertahankan fungsionalitas layanan perbankan digital yang lancar. Langkah-langkah tersebut sangat penting dalam masyarakat yang semakin cashless, di mana kepercayaan konsumen bergantung pada keamanan transaksi keuangan.
Memberdayakan konsumen melalui cyber hygiene
Sementara bank menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat, nasabah juga memainkan peran penting dalam menjaga keamanan akunnya. Mempraktikkan cyber hygiene yang proaktif dapat secara signifikan mengurangi risiko menjadi korban serangan siber. Beberapa tindakan yang bisa dilakukan di antaranya:
- Waspada terhadap Notifikasi yang Tidak Biasa: Perhatikan notifikasi untuk transaksi tidak sah, upaya login, atau perubahan akun.
- Pantau Akses Akun: Selidiki penolakan akses atau kegagalan kata sandi yang tidak terduga, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya akun yang disusupi.
- Teliti Transaksi: Waspadai tagihan-tagihan kecil yang tidak teratur, yang sering kali digunakan untuk menguji keabsahan akun oleh para penipu.
- Hindari Perangkap Phishing: Verifikasi keabsahan email atau panggilan telepon sebelum membagikan informasi sensitif atau mengklik tautan.
Praktik keamanan siber terbaik untuk nasabah
Mengadopsi kebiasaan keamanan siber yang kuat sangat penting bagi nasabah. Dengan menggabungkan kesadaran dengan langkah-langkah praktis, setiap individu dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan menjadi korban penipuan atau serangan siber. Berikut adalah praktik yang baik yang bisa Anda lakukan:
- Aktifkan Autentikasi Multi-Faktor (MFA): Gabungkan kata sandi dengan biometrik atau OTP untuk keamanan tambahan.
- Gunakan Kata Sandi yang Kuat: Gunakan kata sandi yang unik, acak, dan panjang, manfaatkan pengelola kata sandi untuk penyimpanan yang aman.
- Tinjau Transaksi Secara Berkala: Pantau terus aktivitas perbankan dan kredit untuk mengidentifikasi ketidaksesuaian sejak dini.
- Perbarui Keamanan Perangkat: Pastikan sistem operasi dan perangkat lunak perlindungan titik akhir sudah diperbarui.
Membangun Masa Depan Perbankan yang Aman
Masa depan perbankan yang aman akan bergantung pada sinergi SiberNusa langkah-langkah keamanan mutakhir dan nasabah yang proaktif dan terinformasi. Penting bagi bank untuk merangkul dan memprioritaskan investasi dalam teknologi bertenaga AI agar dapat mengikuti lanskap digital yang berkembang pesat, dan memperoleh kepercayaan diri dalam menyediakan pengalaman yang lancar namun aman.
Sementara itu nasabah, penting untuk belajar melindungi diri sendiri dimulai dengan mempraktikkan kebiasaan cyber hygiene yang dapat mengurangi kerentanan digital mereka, seperti memperbarui perangkat lunak secara berkala dan mengenali upaya phishing.
Di era di mana ancaman siber terus berkembang, pendekatan ganda ini menumbuhkan ekosistem tangguh di mana risiko dimitigasi sebelum meningkat. Selain pencegahan, pendekatan ini juga menciptakan kepercayaan—landasan dari setiap hubungan keuangan. Seiring dengan semakin terhubungnya dunia, komitmen bersama terhadap keamanan siber tidak hanya akan melindungi aset individu tetapi juga menjaga infrastruktur keuangan yang lebih luas. Kolaborasi, edukasi, dan adaptasi berkelanjutan adalah pilar masa depan di mana perbankan dapat berkembang dengan aman di tengah lanskap ancaman siber yang terus berkembang.