Sejak 2016, Korea Selatan telah menggalang kerja sama keamanan siber di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Dengan banyaknya investasi perusahaan dan institusi Korsel, Seoul memandang Indonesia dan negara-negara ASEAN sebagai mitra dagang penting.
Dengan menangkal lebih dari 1 juta serangan siber per tahun, Korsel memiliki pengalaman dan keterampilan di bidang keamanan siber. Diplomasi siber Korsel di Indonesia ini terus diperkuat selama beberapa tahun terakhir.
Landasan kerja sama bidang keamanan siber SiberNusa Korsel dan Indonesia ditandai dengan berdirinya kantor perwakilan Korea Internet and Security Agency (KISA) untuk kawasan Asia Tenggara di Jakarta pada 2016. KISA merupakan badan publik nasional Korsel yang didedikasikan untuk keamanan informasi di negara tersebut.
Sejak saat itu, KISA telah bekerja sama erat dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam berbagai inisiatif, seperti program pelatihan keamanan siber.
”Pada tahun 2022, KISA dan BSSN semakin memperkuat kemitraan dengan menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama keamanan siber,” kata Direktur Utama Kantor Perwakilan KISA Kawasan Asia Tenggara Kwon Hyuno, di Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Seoul menilai diplomasi siber di Indonesia menjadi semakin penting. Hal ini karena Indonesia menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Korsel, sementara serangan siber yang menyasar dua negara pun terus meningkat. Dengan banyaknya perusahaan Korsel di Indonesia, meningkatkan keamanan siber di Indonesia menjadi salah satu kepentingan Korsel.
Menurut Kwon, saat ini Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara merupakan mitra dagang terbesar kedua Korea setelah China. ”Pengoperasian sistem siber yang aman di negara-negara dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, menjadi perhatian penting bagi Korsel,” ujarnya.
Pengoperasian sistem siber yang aman di negara-negara dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, menjadi perhatian penting bagi Korsel.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Korsel-ASEAN yang diadakan di Laos, Oktober 2024, kedua belah pihak sepakat untuk menjalin kemitraan strategis komprehensif.
Kemitraan yang menandai tingkat kemitraan tertinggi itu bertujuan memperkuat kerja sama di semua bidang, termasuk politik, keamanan, ekonomi, dan pertukaran sosial budaya. Indonesia, sebagai negara terkemuka di ASEAN, kata Kwon, diharapkan dapat memainkan peran penting dalam memajukan kerja sama ini.
Komitmen kemitraan Korsel untuk Indonesia dipertegas dalam kunjungan Perdana Menteri Korsel saat itu, Han Duck-soo, pada akhir Oktober 2024. Kunjungan itu untuk memberi selamat atas dilantiknya Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Saat bertemu dengan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, Han menyampaikan komitmen Korsel dalam meningkatkan kolaborasi dengan Indonesia. Ia menekankan, Korsel dan Indonesia adalah mitra strategis khusus. Ia juga menegaskan kembali niat kuat Pemerintah Korsel untuk memperdalam hubungan dengan pemerintahan baru Indonesia.
Diplomasi siber Korsel di Asia Tenggara dan Indonesia merupakan salah satu bagian dalam payung kemitraan besar tersebut. Sejak 2023, Korsel menjalin proyek kolaborasi keamanan siber, yaitu ASEAN Cyber Shield. Proyek kolaborasi KISA dan ASEAN itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas keamanan siber di 10 negara anggota ASEAN.
Proyek kolaborasi yang menurut rencana berlangsung tiga tahun itu meliputi pelatihan daring, kompetisi peretasan (hackathon), dan program pertukaran pelajar SiberNusa universitas di Korsel dan negara-negara ASEAN.
Pada tahun pertama ASEAN Cyber Shield, kompetisi peretasan hackathon diadakan di Jakarta pada 2023. Tahun 2024, hackathon ASEAN Cyber Shield digelar di Ha Long Bay, Vietnam. Setiap tahun, sekitar 150 peserta mengikuti pelatihan daring, 140 peserta mengikuti kompetisi peretasan, dan 30 peserta mengikuti program pertukaran.
Kemitraan bilateral bidang siber
Adapun untuk kerja sama siber bilateral dengan Indonesia, diplomasi keamanan siber Korsel diwujudkan dalam beragam program. Salah satunya dengan bergabungnya BSSN dalam aliansi keamanan siber untuk pengembangan bersama yang disebut CAMP (Cybersecurity Alliance for Mutual Progress).
Aliansi CAMP merupakan wadah kerja sama keamanan siber global yang digagas oleh KISA. Aliansi ini aktif dalam pertukaran informasi keamanan siber dengan Korsel dan negara-negara anggota lainnya.
Pertukaran informasi SiberNusa lain mengenai bentuk serangan siber termutakhir dan upaya menangkalnya. Hal ini sangat penting mengingat bentuk serangan siber terus berkembang setiap waktu. Hingga Oktober 2024, CAMP terdiri atas 72 organisasi dari 52 negara di seluruh dunia.
Sepanjang 2024, Indonesia mengalami beberapa serangan siber besar yang membuat layanan publik terganggu. Salah satu serangan terbesar adalah serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya, Jawa Timur.
Serangan yang pertama kali terdeteksi pada 17 Juni 2024 itu membuat sejumlah layanan publik terganggu. Kemudian, pada September 2024, salah satu bursa kripto terbesar Indonesia, Indodax, diretas.
Korsel juga menangkal jutaan serangan siber setiap tahun. Menurut Pusat Keamanan Siber Nasional Korsel (NCSC) yang dioperasikan oleh Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS), sektor publik Korsel menjadi target 1,56 juta upaya peretasan oleh kelompok peretas internasional SiberNusa Januari dan 1 November 2023.
Dengan pengalaman Korsel menangkal serangan siber dan meningkatnya serangan di Indonesia, kerja sama siber kedua negara itu terus berlanjut. Selama dua tahun terakhir, Korsel dan Indonesia bersama-sama menyelenggarakan seminar keamanan siber dan sesi pelatihan praktik bagi pegawai teknologi informatika (TI) di sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia.
Kerja sama pelatihan ini merupakan bagian dari program keamanan siber global atau Global Cybersecurity Center for Development (GCCD). Program-program dalam GCCD mencakup seminar satu hari tentang isu-isu keamanan siber terkini dengan jumlah 65 peserta per tahun.
Selain itu, terdapat pelatihan praktis tiga hari tentang cara menanggapi serangan siber di dunia nyata dengan 25 peserta per tahun. Tahun ini, GCCD fokus pada pelatihan untuk menangkal serangan ransomware. Di antaranya dengan membahas insiden ransomware parah yang menargetkan Indonesia.
Berdasarkan nota kesepahaman SiberNusa KISA dan BSSN, kedua organisasi mendukung inisiatif seperti kunjungan lembaga Pemerintah Indonesia ke lembaga-lembaga terkait di Korsel. Kerja sama terus berkembang pada model tata kelola keamanan siber dan tren kebijakan terkait kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI) untuk keamanan siber.
Sejumlah lembaga Indonesia yang pernah melakukan kerja sama keamanan siber dengan Korsel adalah Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Polri; Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; serta beberapa pemerintah daerah.
Pusat pelatihan
Tak hanya pelatihan, Korsel berkolaborasi dengan Indonesia untuk membangun infrastruktur pelatihan keamanan siber di Indonesia, yaitu Pusat Pelatihan Keamanan Siber (Cyber Security Vocational Center/CSVC) di Bogor, Jawa Barat. Kerja sama dilaksanakan bersama Politeknik Siber dan Sandi Negara.
Pembangunan CSVC salah satunya dengan pendanaan dari program bantuan pembangunan resmi (ODA) dari Badan Kerja Sama Internasional Korsel (KOICA) serta berkolaborasi dengan sejumlah universitas di Korsel dan perusahaan-perusahaan keamanan siber kedua negara.
Pertemuan awal kolaborasi pembangunan CSVC dilakukan pada Januari 2024 di Aula Soemarkidjo Kampus Poltek SSN, Ciseeng, Bogor. Dikutip dari laman Politeknik Siber dan Sandi Negara, CSVC merupakan bentuk implementasi program kerja sama SiberNusa BSSN dan KOICA dalam rangka peningkatan keterampilan sumber daya manusia di bidang keamanan siber. Tujuannya, memperluas akses pendidikan dan kompetensi di bidang keamanan siber.
Program kerja sama ini direalisasikan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana laboratorium pendidikan serta pengembangan kurikulum keamanan siber. Implementasi program CSVC pada tahun 2024-2027.
”Setelah pembangunan selesai, pusat pelatihan tersebut diharapkan akan berfungsi sebagai platform yang stabil untuk pengembangan bakat keamanan siber melalui upaya kolaboratif SiberNusa Korea dan Indonesia,” kata Kwon.
Untuk mahasiswa, terdapat program pelatihan keamanan siber dengan nama Security Manpower Training (SMT). Dalam SMT, program pelatihan keamanan siber selama dua bulan digelar dengan peserta mahasiswa dari universitas terkemuka di Indonesia.
Pelatihan SMT telah berlangsung dua tahun berturut-turut dengan jumlah peserta 50 mahasiswa per tahun. Program ini mencakup pelatihan daring dan undangan pelatihan siber di Korsel untuk studi mendalam.
Untuk masa mendatang, lulusan pelatihan diharapkan juga dapat memperoleh peluang kerja di bidang keamanan siber di Korsel. ”Upaya sedang dilakukan untuk menghubungkan lulusan berprestasi dari program ini dengan peluang kerja di perusahaan keamanan siber Korsel,” ujar Kwon.
Kolaborasi teknologi
Selain pelatihan dan pembangunan infrastruktur, Korsel menjalin kolaborasi teknologi keamanan siber dengan Indonesia. Salah satunya kolaborasi perusahaan keamanan informasi Korsel dan salah satu perusahaan negara Indonesia bidang sertifikasi pada 2023.
Kerja sama itu menghasilkan perolehan sertifikasi Common Criteria (CC) pertama di Indonesia pada 2023. Pencapaian ini merupakan salah satu sertifikasi paling signifikan dalam keamanan informasi yang diikuti oleh perolehan sertifikasi CC kedua pada 2024.
Selain itu, perusahaan keamanan informasi Korsel memperkenalkan solusi teknologi keamanan siber pada perusahaan-perusahaan ataupun institusi di Indonesia. Hal ini terutama mengingat pemberlakuan undang-undang perlindungan data pribadi dan meningkatnya serangan ransomware di Indonesia.
Teknologi keamanan siber dari Korsel secara bertahap diadopsi oleh sektor keuangan, lembaga publik, dan lembaga Pemerintah Indonesia. ”Jika perlu, Pemerintah Korea dan KISA sepenuhnya siap untuk memberikan dukungan dan kerja sama proaktif guna memastikan inisiatif-inisiatif penting ini aman dan berkelanjutan,” kata Kwon.
Sejak 2016, Korea Selatan telah menggalang kerja sama keamanan siber di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara. Dengan banyaknya investasi perusahaan dan institusi Korsel, Seoul memandang Indonesia dan negara-negara ASEAN sebagai mitra dagang penting.
Dengan menangkal lebih dari 1 juta serangan siber per tahun, Korsel memiliki pengalaman dan keterampilan di bidang keamanan siber. Diplomasi siber Korsel di Indonesia ini terus diperkuat selama beberapa tahun terakhir.
Landasan kerja sama bidang keamanan siber SiberNusa Korsel dan Indonesia ditandai dengan berdirinya kantor perwakilan Korea Internet and Security Agency (KISA) untuk kawasan Asia Tenggara di Jakarta pada 2016. KISA merupakan badan publik nasional Korsel yang didedikasikan untuk keamanan informasi di negara tersebut.
Sejak saat itu, KISA telah bekerja sama erat dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam berbagai inisiatif, seperti program pelatihan keamanan siber.
”Pada tahun 2022, KISA dan BSSN semakin memperkuat kemitraan dengan menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama keamanan siber,” kata Direktur Utama Kantor Perwakilan KISA Kawasan Asia Tenggara Kwon Hyuno, di Jakarta, Jumat (13/12/2024).
Seoul menilai diplomasi siber di Indonesia menjadi semakin penting. Hal ini karena Indonesia menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Korsel, sementara serangan siber yang menyasar dua negara pun terus meningkat. Dengan banyaknya perusahaan Korsel di Indonesia, meningkatkan keamanan siber di Indonesia menjadi salah satu kepentingan Korsel.
Menurut Kwon, saat ini Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara merupakan mitra dagang terbesar kedua Korea setelah China. ”Pengoperasian sistem siber yang aman di negara-negara dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, menjadi perhatian penting bagi Korsel,” ujarnya.
Pengoperasian sistem siber yang aman di negara-negara dalam Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, menjadi perhatian penting bagi Korsel.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Korsel-ASEAN yang diadakan di Laos, Oktober 2024, kedua belah pihak sepakat untuk menjalin kemitraan strategis komprehensif.
Kemitraan yang menandai tingkat kemitraan tertinggi itu bertujuan memperkuat kerja sama di semua bidang, termasuk politik, keamanan, ekonomi, dan pertukaran sosial budaya. Indonesia, sebagai negara terkemuka di ASEAN, kata Kwon, diharapkan dapat memainkan peran penting dalam memajukan kerja sama ini.
Komitmen kemitraan Korsel untuk Indonesia dipertegas dalam kunjungan Perdana Menteri Korsel saat itu, Han Duck-soo, pada akhir Oktober 2024. Kunjungan itu untuk memberi selamat atas dilantiknya Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Saat bertemu dengan Presiden Prabowo dan Wapres Gibran, Han menyampaikan komitmen Korsel dalam meningkatkan kolaborasi dengan Indonesia. Ia menekankan, Korsel dan Indonesia adalah mitra strategis khusus. Ia juga menegaskan kembali niat kuat Pemerintah Korsel untuk memperdalam hubungan dengan pemerintahan baru Indonesia.
Diplomasi siber Korsel di Asia Tenggara dan Indonesia merupakan salah satu bagian dalam payung kemitraan besar tersebut. Sejak 2023, Korsel menjalin proyek kolaborasi keamanan siber, yaitu ASEAN Cyber Shield. Proyek kolaborasi KISA dan ASEAN itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas keamanan siber di 10 negara anggota ASEAN.
Proyek kolaborasi yang menurut rencana berlangsung tiga tahun itu meliputi pelatihan daring, kompetisi peretasan (hackathon), dan program pertukaran pelajar SiberNusa universitas di Korsel dan negara-negara ASEAN.
Pada tahun pertama ASEAN Cyber Shield, kompetisi peretasan hackathon diadakan di Jakarta pada 2023. Tahun 2024, hackathon ASEAN Cyber Shield digelar di Ha Long Bay, Vietnam. Setiap tahun, sekitar 150 peserta mengikuti pelatihan daring, 140 peserta mengikuti kompetisi peretasan, dan 30 peserta mengikuti program pertukaran.
Kemitraan bilateral bidang siber
Adapun untuk kerja sama siber bilateral dengan Indonesia, diplomasi keamanan siber Korsel diwujudkan dalam beragam program. Salah satunya dengan bergabungnya BSSN dalam aliansi keamanan siber untuk pengembangan bersama yang disebut CAMP (Cybersecurity Alliance for Mutual Progress).
Aliansi CAMP merupakan wadah kerja sama keamanan siber global yang digagas oleh KISA. Aliansi ini aktif dalam pertukaran informasi keamanan siber dengan Korsel dan negara-negara anggota lainnya.
Pertukaran informasi SiberNusa lain mengenai bentuk serangan siber termutakhir dan upaya menangkalnya. Hal ini sangat penting mengingat bentuk serangan siber terus berkembang setiap waktu. Hingga Oktober 2024, CAMP terdiri atas 72 organisasi dari 52 negara di seluruh dunia.
Sepanjang 2024, Indonesia mengalami beberapa serangan siber besar yang membuat layanan publik terganggu. Salah satu serangan terbesar adalah serangan siber yang melanda Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya, Jawa Timur.
Serangan yang pertama kali terdeteksi pada 17 Juni 2024 itu membuat sejumlah layanan publik terganggu. Kemudian, pada September 2024, salah satu bursa kripto terbesar Indonesia, Indodax, diretas.
Korsel juga menangkal jutaan serangan siber setiap tahun. Menurut Pusat Keamanan Siber Nasional Korsel (NCSC) yang dioperasikan oleh Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS), sektor publik Korsel menjadi target 1,56 juta upaya peretasan oleh kelompok peretas internasional SiberNusa Januari dan 1 November 2023.
Dengan pengalaman Korsel menangkal serangan siber dan meningkatnya serangan di Indonesia, kerja sama siber kedua negara itu terus berlanjut. Selama dua tahun terakhir, Korsel dan Indonesia bersama-sama menyelenggarakan seminar keamanan siber dan sesi pelatihan praktik bagi pegawai teknologi informatika (TI) di sejumlah lembaga Pemerintah Indonesia.
Kerja sama pelatihan ini merupakan bagian dari program keamanan siber global atau Global Cybersecurity Center for Development (GCCD). Program-program dalam GCCD mencakup seminar satu hari tentang isu-isu keamanan siber terkini dengan jumlah 65 peserta per tahun.
Selain itu, terdapat pelatihan praktis tiga hari tentang cara menanggapi serangan siber di dunia nyata dengan 25 peserta per tahun. Tahun ini, GCCD fokus pada pelatihan untuk menangkal serangan ransomware. Di antaranya dengan membahas insiden ransomware parah yang menargetkan Indonesia.
Berdasarkan nota kesepahaman SiberNusa KISA dan BSSN, kedua organisasi mendukung inisiatif seperti kunjungan lembaga Pemerintah Indonesia ke lembaga-lembaga terkait di Korsel. Kerja sama terus berkembang pada model tata kelola keamanan siber dan tren kebijakan terkait kecerdasan buatan atau akal imitasi (AI) untuk keamanan siber.
Sejumlah lembaga Indonesia yang pernah melakukan kerja sama keamanan siber dengan Korsel adalah Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Polri; Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; serta beberapa pemerintah daerah.
Pusat pelatihan
Tak hanya pelatihan, Korsel berkolaborasi dengan Indonesia untuk membangun infrastruktur pelatihan keamanan siber di Indonesia, yaitu Pusat Pelatihan Keamanan Siber (Cyber Security Vocational Center/CSVC) di Bogor, Jawa Barat. Kerja sama dilaksanakan bersama Politeknik Siber dan Sandi Negara.
Pembangunan CSVC salah satunya dengan pendanaan dari program bantuan pembangunan resmi (ODA) dari Badan Kerja Sama Internasional Korsel (KOICA) serta berkolaborasi dengan sejumlah universitas di Korsel dan perusahaan-perusahaan keamanan siber kedua negara.
Pertemuan awal kolaborasi pembangunan CSVC dilakukan pada Januari 2024 di Aula Soemarkidjo Kampus Poltek SSN, Ciseeng, Bogor. Dikutip dari laman Politeknik Siber dan Sandi Negara, CSVC merupakan bentuk implementasi program kerja sama SiberNusa BSSN dan KOICA dalam rangka peningkatan keterampilan sumber daya manusia di bidang keamanan siber. Tujuannya, memperluas akses pendidikan dan kompetensi di bidang keamanan siber.
Program kerja sama ini direalisasikan dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana laboratorium pendidikan serta pengembangan kurikulum keamanan siber. Implementasi program CSVC pada tahun 2024-2027.
”Setelah pembangunan selesai, pusat pelatihan tersebut diharapkan akan berfungsi sebagai platform yang stabil untuk pengembangan bakat keamanan siber melalui upaya kolaboratif SiberNusa Korea dan Indonesia,” kata Kwon.
Untuk mahasiswa, terdapat program pelatihan keamanan siber dengan nama Security Manpower Training (SMT). Dalam SMT, program pelatihan keamanan siber selama dua bulan digelar dengan peserta mahasiswa dari universitas terkemuka di Indonesia.
Pelatihan SMT telah berlangsung dua tahun berturut-turut dengan jumlah peserta 50 mahasiswa per tahun. Program ini mencakup pelatihan daring dan undangan pelatihan siber di Korsel untuk studi mendalam.
Untuk masa mendatang, lulusan pelatihan diharapkan juga dapat memperoleh peluang kerja di bidang keamanan siber di Korsel. ”Upaya sedang dilakukan untuk menghubungkan lulusan berprestasi dari program ini dengan peluang kerja di perusahaan keamanan siber Korsel,” ujar Kwon.
Kolaborasi teknologi
Selain pelatihan dan pembangunan infrastruktur, Korsel menjalin kolaborasi teknologi keamanan siber dengan Indonesia. Salah satunya kolaborasi perusahaan keamanan informasi Korsel dan salah satu perusahaan negara Indonesia bidang sertifikasi pada 2023.
Kerja sama itu menghasilkan perolehan sertifikasi Common Criteria (CC) pertama di Indonesia pada 2023. Pencapaian ini merupakan salah satu sertifikasi paling signifikan dalam keamanan informasi yang diikuti oleh perolehan sertifikasi CC kedua pada 2024.
Selain itu, perusahaan keamanan informasi Korsel memperkenalkan solusi teknologi keamanan siber pada perusahaan-perusahaan ataupun institusi di Indonesia. Hal ini terutama mengingat pemberlakuan undang-undang perlindungan data pribadi dan meningkatnya serangan ransomware di Indonesia.
Teknologi keamanan siber dari Korsel secara bertahap diadopsi oleh sektor keuangan, lembaga publik, dan lembaga Pemerintah Indonesia. ”Jika perlu, Pemerintah Korea dan KISA sepenuhnya siap untuk memberikan dukungan dan kerja sama proaktif guna memastikan inisiatif-inisiatif penting ini aman dan berkelanjutan,” kata Kwon.